Kamis, 23 Oktober 2014

Fluktuasi Yang Menyebabkan Jatuhnya Enron Bersama KAP Arthur Andersen

Enron sebagai perusahaan raksasa ke-7 dalam ukuran nilai pasar, terbesar di bidang energi dan perdagangan energi yang listed di NYSE, mencatat pertumbuhan penjualan dari US$31 miliar dari 1988 meningkat jadi $100 miliar pada 2000. Nilai pasar meningkat US$50 miliar dalam empat tahun terakhir, namun secara mengejutkan pada 2 Desember 2001 dinyatakan pailit. Beberapa faktor kritikal penyebab jatuhnya Enron adalah:
Pertama, masalah kepentingan pemegang saham mayoritas dan manajemen. Transaksi dengan pihak beberapa perusahaan afiliasi yang dijabat oleh para eksekutif Enron (Jeff Skilling, Andy Fastow), yaitu LJM partnerships, selain mengandung conflict of interest juga tidak secara jelas dan lengkap di ungkapkan dalam laporan keuangan Enron (off balancesheet). Ini dibuktikan dengan pengumuman kerugian pada 16 Oktober 2001 sebesar $618 juta oleh Ken Lay sebagai CEO Enron.

Konsekwensinya, Enron harus menurunkan nilai ekuitas sebesar US$1,2 miliar, dan lembaga rating Moody akhirnya menurunkan peringkat hutang Enron menjadi di bawah investment grade.
Pada 8 November 2001, Enron melakukan penyajian kembali laba berlaku surut 4.3/4 tahun yang lalu untuk mengkonsolidasikan tiga perusahaan lain yang semestinya dikonsolidasikan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, dan ini mengakibatkan penurunan laba yang dikonsolidasikan sebesar US$600 juta.
Tidak jelas apa maksud dan tujuan transaksi derivatif dengan perusahaan terafiliasi tersebut: Apakah untuk menggeser/meminimumkan risiko kontrak berjangka perdagangan energi (dan komoditas lain) dengan penyerahan kemudian (forward contract)? Menurut Andy Fastow, LJM partnership adalah country party transaksi derivatif yang digunakan Enron untuk melepas (strip out) risiko fluktuasi harga, tingkat bunga, dll.
Bila ini benar, adalah prosedur dan sistem pengendalian internal Enron untuk memonitor dan mencegah risk exposure transaksi derivatif yang berlebihan (excessive), sehingga tidak membahayakan kelangsungan hidup perusahaan?
Persyaratan kewajiban manajemen untuk menyusun prosedur dan pengendalian transaksi derivatif tersebut diatur dalam GAAP (Standar Akuntansi Keuangan di Amerika Serikat).

Kedua, pemberian opsi saham (stock option plan) yang masif. Selama ini penelitian mengenai stock option untuk karyawan kunci dengan sistem insentif tertentu yang sesuai dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan meningkatkan nilai pasar perusahaan.
Kasus Enron dengan ciri pemberian opsi saham secara masif tidak hanya kepada karyawan kunci, bahkan komite audit, karyawan bisa, serta program pensiun karyawan juga diberikan dalam beberapa alternatif, antara lain pensiun dengan memperoleh opsi saham perusahaan.
Dengan opsi saham semacam itu, setiap individu dalam perusahaan menjadi serba salah bila berusaha mengungkapkan ketidakberesan praktik/transaksi perusahaan yang dapat mengakibatkan anjloknya harga sahamnya. Karena akan merugikan tidak hanya pemegang saham mayoritas, tetapi hampir seluruh karyawan Enron dan dan pensiunannya. Bagi pejabat kunci dan anggota komite audit, selain menimbulkan benturan kepentingan untuk mengungkapkan fakta yang sebenarnya terjadi, atau memilih diam saja (moral hazard) semata-mata menjadi "anak baik" di mata manajemen dan sekaligus mengamankan nilai saham dari opsi yang menjadi haknya masing-masing.
Ketiga, penjualan saham dalam skala besar oleh pihak orang dalam. Jeff Skilling, CEO Enron sebelum mengundurkan diri pada Agustus 2001, menjual sahamnya dalam jumlah besar dengan kisaran harga US$80 per lembar, dan pada saat sebelum pengunduran dirinya, harga saham Enron anjlok menjadi US$40 per lembar (sekarang US$0,55/lembar).
Banyak dispekulasikan bahwa sebagai CEO saat itu, Skilling yang mantan konsultan McKinsey, sangat mungkin mengetahui jatuhnya harga saham Enron akan menimbulkan risiko besar terhadap LJM partnership. Di samping itu, pejabat dan termasuk tiga anggota komite audit Enron telah menjual 17,3 juta saham senilai US$1,9 miliar, di mana pada saat yang bersamaan menerbitkan laporan keuangan yang menyesatkan (Lavelle, Business Week).
Di sinilah berlaku signaling dalam teori informasi asimetris, bahwa penjualan saham dan pengunduran diri Skilling yang terkesan mendadak dan tidak adanya penjelasan yang transparan dari perusahaan merupakan pertanda negatif bagi pelaku pasar dan pemodal. Selain itu, penjualan saham besar-besaran oleh orang dalam Enron lainnya juga merupakan pertanda buruk dalam menilai prospek perusahaan.

Rekayasa keuangan
Menilik kasus Enron, sebenarnya dapat diringkas sbb:
Pertama, pemegang saham mayoritas dan direksi Enron merekayasa laporan keuangan melalui LJM partnership sebagai special purpose vehical untuk menaikkan laba, nilai pasar, dan secara sengaja tidak mencatat kewajiban dengan cara off balancesheet.
Kedua, dengan memberikan stock option secara masif, menimbulkan perbenturan kepentingan tidak hanya antara pemegang saham mayoritas dan direksi dengan pemodal publik kreditur, tetapi lingkup benturan tersebut menjadi semakin terpolarisasi, yaitu benturan kepentingan pemegang saham mayoritas, direksi komite audit, karyawan yang secara langsung mempunyai kepentingan dengan nilai opsi sahamnya di satu pihak, dengan kepentingan pemodal publik, kreditur dan dana pensiun perusahaan di pihak lain.
Dampak negatif opsi saham secara masif tersebut adalah menjadikan direktur independen, komite audit independen, manajer profesional terpaksa harus mensubordinasikan tugas dan tanggungjawabnya demi melakukan 'perlindungan' harga saham yang merupakan kepentingan mereka bersama sehubungan dengan hak opsi saham masing-masing dengan cara 'menutup-nutupi' kecurangan yang telah terjadi.
Ketiga, profesi akuntan publik sebagai profesional pembeli jasa audit dipertanyakan (kalau tidak dapat dikatakan dipertaruhkan) kepercayaannya oleh pemodal publik dan kreditur. Keempat, skandal Enron hanya menguntungkan segelintir orang yang oportunistik, yaitu pemegang saham mayoritas, direksi, komite audit, dan manajer kunci dengan mengorbankan ribuan karyawan, dana pensiun perusahaan, pemodal publik dan kreditur. 


Hubungan dengan KAP Arthur Andersen

Arthur Andersen memberikan sedikitnya 5 jasa atestasi dan non atestasi sekaligus.  Peran Arhur Andersen dalam skandal Enron adalah sebagai berikut:
-         sebagai Eksternal Auditor Enron
-         sebagai Konsultan akuntansi dan manajemen berkaitan dengan pengakuan SPE
-         sebagai Internal Auditor Enron
-         sebagai konsultan perpajakan Enron
-         sebagai penasihat, pengkasi dari pengungkapan masalah keuangan

Budaya internal AA didorong oleh keinginan untuk mendapatkan penghasilan, sehingga Enron adalah salah satu sumber kekayaan AA. Mengingat fakta ini, AA dan personelnya dihadapkan pada beberapa konflik kepentingan, yang mungkin telah dilanggar dan melemahkan tekad mereka untuk bertindak dalam hubungan fidusia mereka sebagai auditor, termasuk:

-         Mengaudit kerja mereka sendiri sebagai konsultan SPE, menyebabkan kurangnya objektivitas
Kepentingan diri sendiri berperang melawan kepentingan umum yang mengarah ke keingininan untuk membuat manajemen Enron puas, yaitu:

·         Kehilangan honor audit yang sangat besar
·         Mitra yang tidak disukai Enron telah dihapus dari audit
·         Ketidakpatuhan dengan kebijakan perusahaan dan kode etik, dan tidak memberitaukan hal ini kepada Board of Directors
·         Perdebatan internal AA atas praktik akuntansi enrosn tidak disampaikan ke Komite Audit Internal Enron
·         Pengungkapan publik tidak memuaskan investor
·         Staf auditor AA banyak yang meninggalkan AA dan kemudian bergabung dengan Enron
Kekurangan AA diatas sebagian disebabkan oleh:
·         Kurangnya kompetensi, seperti yang ditampilkan dalam keputusan Ryhtmhs NetConnections
·         Kegagalan pengendalian intern AA mengenai kepedulian terhadap “Kendali Mutu atau Standar Praktik” yang telah ditolak oleh personel audit yang bertanggung jawab terhadap Enron.
·         Kurangnya informasi yang disebabkan oleh: staf Enron tidak memberikan informasi pentin, atau kegagalan sebagian personel AA dalam menemukan informasi
·         Kesalahpahhaman tentang peran fidusia yang perlu dilakukan auditor


David B. Duncan
David menjadi karyawan Andersen selama 20 tahun, ia bertanggung jawab atas Enron sejak 1997, ia dibayar lebih dari $1 juta. David dipecat dari Andersen pada Januari 2002 dan dibebankan hukuman karena telah memerintahkan staff Andersen untuk menghancurkan lebih dari 1 ton dokumen yang berkaitan dengan Enron. Pada 9 April 2002, David mengaku bersalah dengan hukuman maksimum 10 tahun, tetapi karena ia mengaku bersalah dan bersedia menjadi saksi kemungkinan hukuman tsb dapat diringankan.


sumber:
https://ampundeh.wordpress.com/2014/03/30/analisis-prinsip-good-corporate-governance-kasus-enron-katarina-utama/
http://kenaz-myson.blogspot.com/2010/01/menarik-pelajaran-dari-kasus-jatuhnya.html